LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN I
PENGENALAN
INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG
MAKSIMUM
NAMA : AHMAD HUKAMA
NIM : J0B113217
KELOMPOK : II
(DUA)
ASISTEN : NOOR RAHKMAH
PROGRAM STUDI DIII
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
LEMBAR PENILAIAN
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN I
PENGENALAN
INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG
MAKSIMUM
![]() |
Nama
|
: Ahmad Hukama
|
NIM
|
: J0B113217
|
Asisten
|
: Noor Rakhmah
|
Tanggal mengumpul laporan
|
: 23 Oktober 2014
|
Tanggal Laporan dikembalikan
|
:
|
Nilai Sementara:
|
Nilai Akhir:
|
PROGRAM STUDI DIII
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
PERCOBAAN
I
PENGENALAN INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, KALIBRASI
DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar Mahasiswa
memahami prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Visible, cara mengalibrasi alat
spektrofotometer UV-Visible, dan cara menentukan nilai λmaks
(panjang gelombang maksimum) sebagai parameter penting dalam analisa
spektrofotometri UV-Visible.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana benda atau materi di alam ragu dapat diubah dari bentuk yang ada
dengan sifat-sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat
benda. Sebagai contoh, ilmu kimia memberikan pengetahuan yang memungkinkan
untuk perubahan bentuk minyak alami menjadi berbagai bahan bakar dan sejumlah
besar plastik, obat-obatan dan pestisida (Petrucci, 1987). Spektrofotometri
ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah
sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk
alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber
UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri,
UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini
adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna
(Keenan, 1992).
Spektrofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Suatu grafik yang
menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang
gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk
suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga
spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan
sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya
sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan
banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif (Rohman, 2007). Semua molekul dapat
mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron, baik
sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih
tinggi (Day & Underwood, 1981). Panjang gelombang
maksimum dari toluen/benzen adalah dari 226 nm sampai 274 nm (Suwandari &
Diastuti, 2006).
Dalam interaksi materi dengan cahaya
atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinan dihamburkan, diabsorbsi
atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer
dalam mengukur konsentrasi suatu analitik :
1.
Adanya
serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan
yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2.
Serapan
oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari
kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.
Kesalahan
fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi,
halini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan)
(Harjadi,
1998).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah Kuvet quartz dan
Spektrofotometer UV-Visible Lamda 25 Perkin Elmer.
B. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah Aquadest, Toluen, dan
Metanol.
IV. PROSEDUR
KERJA
A. Kalibrasi Alat Spektrofotometer
UV-Vis
1)
Dinyalakan alat spektrofotometer UV-Vis
selama ± 15 menit untuk menstabilkan sumber cahaya dan fotodetektor.
2)
Disiapkan larutan blangko (aquadest),
dimasukkannya ke dalam kuvet yang telah dibersihkan dengan menggunakan tissue.
3)
Dipilih menu aplikasi wavelength scan. Dilakukan kalibrasi
dengan menggunakan larutan blangko (min. 2 kali dengan menekan tombol
autozerro).
B. Menentukan panjang gelombang yang memiliki nilai
absorbansi maksimum (λmaks)
1)
Ditentukan range panjang gelombang yang
akan digunakan (untuk sampel yang tidak berwarna, digunakan range panjang
gelombang sinar UV : 180 – 400 nm).
2)
Dimasukkan sampel toluen ke dalam kuvet
yang kering dan bersih.
3)
Dilakukan scanning panjang gelombang maksimum untuk sampai untuk sampel
aseton hingga dihasilkan nilai λmaks.
4)
Dibuatkan grafik hubungan antara nilai
absorbans sebagai fungsi panjang gelombang.
5)
Ditentukannya λmaks untuk sampel lain (metanol)
dengan cara yang sama seperti sampel toluen.
6)
Dibuatkan tabel yang menjelaskan
spesifitas gugus kromofor dengan panjang gelombang yang dihasilkan.
V. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
No.
|
Nama
Senyawa
|
Gugus
Kromofor
|
Panjang
Gelombang Maksimum
|
1.
|
Toluen
|
![]()
Gugus
kromofor : C6H6
|
215
nm
|
2.
|
Metanol
|
![]()
Gugus
kromofor : C-OH
|
206
nm
|
B. Pembahasan
Percobaan
ini berjudul “Pengenalan Instrumen spektofotometri UV-Vis, Kalibrasi dan
Pengukuran Panjang Gelombang”. Percobaan ini bertujuan untuk dapat memahami
prinsip kerja alat spektrofotometri UV-Visible, mengetahui cara mengkalibrasi
alat spektrofotometer UV-Visible, dan mengetahui cara menentukan nilai lmaks (panjang
gelombang maksimum) sebagai parameter penting dalam analisa spektrofotometri
UV-Vis. Spektrofotometri adalah analisa instrumen yang membahas tentang molekul
dan radiasi elektromagnetik yang mempunyai struktur umum. Spektrofotometri
adalah suatu metode analisi kimia yang di gunakan untuk menerapkan kadar suatu
zat atau senyawa dengan menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer.
Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat
dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat
ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh
suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Penggunaan
alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum sinar
tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar sehingga
dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan puncak-puncak
serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut
masih dapat digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus
fungsional tertentu dalam suatu molekul organik. Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif
memberikan beberapa keuntungan, diantaranya: dapat digunakan secara luas,
memiliki kepekaan tinggi, keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi,
ketelitian tinggi, dan tidak rumit dan cepat.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan
instrumen molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energinya sesuai.
Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat
aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi
elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang
merupakan garis spektrum. Berdasarkan hokum Lambert Beer,
bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Keuntungan dari
spektrofotometer untuk keperluan analisis kuantitatif adalah dapat digunakan
secara luas, memiliki kepekaan yang tinggi, keselektifannya cukup baik, dan
tingkat ketelitiannya tinggi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada
fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat
pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
sampel dan blanko ataupun pembanding.
Percobaan
ini didapatkan hasil panjang gelombang maksimum untuk toluen adalah 215 nm dengan nilai absorbansi 2,282 dan memiliki
gugus kromofor. Hal ini membuktikan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan
literatur yang diperoleh, di dalam literatur yang diperoleh menunjukkan bahwa
panjang gelombang maksimum dari toluen adalah sekitar 200-400 nm. Panjang
gelombang maksimum untuk metanol adalah 206 nm dengan nilai absorbansi 2,173.
Hal ini membuktikan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang
diperoleh, di dalam literatur yang diperoleh menunjukkan bahwa panjang
gelombang maksimum dari adalah dibawah 200 nm dan memiliki gugus kromofor.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan
yang telah dilakukan yaitu :
1. Bahan
yang digunakan adalah Toluen dan metanol.
2. Dari
hasil pengukuran spektroskopi, diperoleh panjang gelombang maksimum Toluen 215 nm dengan nilai absorbansi 2,282 dan memiliki gugus
kromofor. Sementara untuk Metanol diperoleh panjang gelombang maksimum 206 nm dengan
nilai absorbansi 2,173 dan memiliki gugus kromofor.
DAFTAR
PUSTAKA
Day,
R. A. & A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Harjadi. 1998. Kimia Analitik. PT Gramedia. Jakarta.
Keenan,
Charles W. 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Petrucci, R. 1987. Kimia
Dasar Prinsip & Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Rohman.
2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Suwandri & H. Diastuti.
2006. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Kimia Serta Uji Aktivitas
Anticandidaisis Serbuk Daun Sirih Duduk (Piper
sarmentosum Roxb. Ex Hunter). Jurnal
Kimia Vol.1 No.1: 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar