LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS
SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS
KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VIS
NAMA : AHMAD HUKAMA
NIM : J0B113217
KELOMPOK : II
(DUA)
ASISTEN : NOOR
RAHKMAH
PROGRAM STUDI DIII
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
LEMBAR PENILAIAN
ANALISIS
SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS
KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VIS
Nama
|
: Ahmad Hukama
|
NIM
|
: J0B113217
|
Asisten
|
: Noor Rakhmah
|
Tanggal mengumpul laporan
|
: 27 November 2014
|
Tanggal Laporan dikembalikan
|
: 1 Desember 2014
|
Nilai Sementara:
|
Nilai Akhir:
|
|
|
PROGRAM STUDI DIII
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
PERCOBAAN
V
ANALISIS
KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B DALAM SAMPEL MAKANAN DAN MINUMAN MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa
memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel
makanan dan minuman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Rhodamin B adalah salah satu zat
pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat
ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui
Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar
berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup
melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini
juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam
tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan
sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya
dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013).
Zat yang sangat dilarang
penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk
ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna
merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang
larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium,
zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg,
dan Th dan titik leburnya pada suhu 165̊C (Hamdani, 2013).
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah
C28H31N2O3Cl dengan berat molekul
sebesar 479.000.
Dalam
analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi
bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan
oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat
dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh
senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya
Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika
digunakan dalam makanan (Hamdani, 2013).
Ada lima
sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :
1. Pigmen yang
secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya klorofil berwarna hijau,
karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
2. Reaksi
karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna cokelat.
Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar.
3. Warna gelap
yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus amino protein
dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama
akan berwarna gelap.
4. Reaksi
antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau cokelat
gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, mislanya
warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
5. Penambahan
zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam
golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1995).
Secara garis
besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna
alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun
jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning. Kelemahan pewarna alami
ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas,
sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi. Jenis yang
lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu
warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan
jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat
proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya. Selain
itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal,
di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih
sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan
tekstil). Rhodamin-B dan methanyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP)
yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan
(Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Efek negatifnya yaitu dapat menyebabkan
iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan
bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang
mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan
kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Bila menguap di
udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan,
sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Depkes RI, 2007).
Spektrofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, gelas beker, labu ukur, waterbath, corong, kertas
saring, dan Spektrofotometer UV-Visible.
B. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metanol, HCl 0,1 N, Na-sulfat
anhidrat, asam asetat, NaOH 10%, eter, sampel saus dan sampel minuman.
IV. PROSEDUR
KERJA
A.
Analisis
Kualitatif
a. Preparasi sampel
·
Minuman tak beralkohol
1. Sampel diasamkan dengan asam asetat.
·
Makanan larut dalam air (saus)
1. Sampel dilarutkan dalam 30 mL air.
b.
Cara uji
·
Reaksi khusus untuk Rhodamin B
1. Ditambahkan 1 mL NaOH 10% ke dalam
kedua sampel sampai basa.
2. Ditambahkan 2 mL eter, lalu digojog
dan dipisahkan. Ambil lapisan eternya.
3. Ditambahkan 2 mL HCl 10% secukupnya.
Amati hasil yang terjadi.
B.
Analisis
Kuantitatif
a. Preparasi sampel
1. Ditimbang 2 gram sampel lalu
dimasukkan ke dalam cawan penguap.
2. Ditambahkan 16 tetes HCl.
3. Ditambahkan 30 mL metanol.
4. Dilelehkan diatas water bath lalu
disaring dengan kertas saring.
5. Ditambahkan Na-sulfat anhidrat.
6. Disaring kembali, lalu amati dengan
spektrofotometri UV-Vis.
b. Pembuatan larutan baku
1. Dibuat larutan baku rhodamin B dengan
konsetrasi 100 ppm.
2. Dari larutan tersebut dibuat larutan
baku 10 ppm.
3. Selanjutnya dibuat satu seri larutan
baku dengan konsentrasi masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ppm, sebagai
pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.
c.
Penetapan kadar zat warna Rhodamin B
1. Masing-masing larutan diukur secara
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 557 nm.
2. Dihitung kadar rhodamin B dalam
sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax+b.
V. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
a. Uji Kualitatif
No.
|
Nama
Sampel
|
Hasil
Uji
|
1.
|
Minuman
1
|
Negatif (-)
|
2.
|
Minuman
2
|
Negatif
(-)
|
3.
|
Saus
1
|
Negatif
(-)
|
4.
|
Saus
2
|
Positif
(+)
|
b.
Uji Kuantitatif
No.
|
Nama Sampel
|
Panjang gelombang maksimum (λ maks)
|
Konsentrasi
|
Absorbansi
|
1.
|
Larutan blangko
|
557 nm
|
0,2
|
0,422
|
0,4
|
0,711
|
|||
0,6
|
0,033
|
|||
0,8
|
0,505
|
|||
1
|
1,855
|
|||
2.
|
Saus 1
|
557 nm
|
-
|
0, 102
|
3.
|
Saus 2
|
557 nm
|
-
|
0,094
|
4.
|
Minuman 1
|
Hasil : negatif
|
-
|
-
|
5.
|
Minuman 2
|
Hasil : negatif
|
-
|
-
|

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada
rhodamin B
B. Pembahasan
Percobaan
ini berjudul “analisis kualitatif dan analisis kuantitatif rhodamin B dalam
sampel makanan dan minuman menggunakan spektrofotometri uv-vis”. Percobaan ini
bertujuan agar mahasiswa
memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel
makanan dan minuman. Analisis yang dilakukan yaitu
analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan adalah saus dan minuman yang beredar di sekolah-sekolahan namun tidak memiliki nomor registrasi. Analisis ini dilakukan karena
rhodamin B dalam sampel terutama saus perlu diawasi
keberadaanya sebab rhodamin B merupakan
pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil. Pengunaan rhodamin B dalam suatu sediaan dilarang karena dapat menimbulkan dampak yang tidak
diharapkan seperti gangguan kesehatan.
Analisis
kualitatif ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan rhodamin B dalam sampel saus dan miniman, yaitu menggunakan
pereaksi
kimia yang merupakan salah satu teknik dengan
melihat hasil dari warna saat ditambahkan pereaksi kimia tersebut, jika sesuai
dengan standar maka positif mengandung rhodamin B, jika tidak sesuai maka
negatif mengandung rhodamin B. Selain uji
kualitatif, dilakukan juga uji kuantitatif. Analisis kuantitatif ini bertujuan
untuk mengetahui kadar rhodamin B dalam sampel karena berdasakan uji kualitatif, sampel mengandung
rhodamin B. Analisis kuantitatif yang
dilakukan adalah spektrofotometer UV-Vis.
Metode spektrofotometri ini mempunyai prinsip yaitu hukum lambert beer. Hukum
lambert beer menyatakan konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah
cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang
ditransmisikan. Dengan demikian, dari pengukuran spektrofotometri dapat
dihitung konsentrasi sampel yang dianalisis.
Alasan
menggunakan metode analisis spektrofotometer UV-Vis adalah karena senyawa rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa organik yang mampu
menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus karboksil, senyawa
aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki pasangan
elektron bebas seperti NR2.
Hasil dari
percobaan ini antara lain untuk uji analisis kualitatif pada sampel minuman 1
dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung rhodamin B, sedangkan pada saus 1
juga negatif dan pada saus 2 menghasilkan positif mengandung rhodamin B karena
terjadi warna merah di lapisan bawah (lapisan asam). Pada analisis kuantitatif
didapatkan hasil untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung
rhodamin B karena saat pemanasan di water
bath tidak larut dan masih menggumpal, sehingga tidak perlu dianalisis
memakai spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan pada saus 1 dan saus 2 dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena saus yang di uji larut saat
pemanasan berarti kemungkinan positif mengandung rhodamin B.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel saus 1 dan saus 2 mengandung
rhodamin B tetapi sangat sedikit, sehingga saat analisis dengan
spektrofotometer UV-Vis tidak menunjukkan hasil mengandung rhodamin B yang
jelas.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan
yang telah dilakukan yaitu :
1. Pada
analisis kualitatif untuk sampel minuman 1, minuman 2 dan saus 1 didapatkan hasil yang negatif
sedangkan pada saus 2 didapatkan hasil yang positif mengandung rhodamin B.
2. Pada
analisis kuantitatif untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 didapatkan hasil yang
negatif mengandung rhodamin B sedangkan untuk saus 1 dan saus 2 didapatkan
hasil negatif juga.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes,RI.2007.Dampak dan Penggolongan BTP.Depkes press. Jakarta
Hamdani.
2013. Available online at
http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html [Diakses tanggal 23-11-14].
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.
Jakarta.
Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar