Senin, 01 Desember 2014

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROSKOPI PERCOBAAN V ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS


LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS




 




                                           NAMA                :    AHMAD HUKAMA
                                           NIM                    :    J0B113217     
                                           KELOMPOK    :    II (DUA)
                                           ASISTEN           :    NOOR RAHKMAH




 


PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
                                                            2014
LEMBAR PENILAIAN
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS




 




                                              
Nama
: Ahmad Hukama
NIM
: J0B113217
Asisten
: Noor Rakhmah
Tanggal mengumpul laporan
: 27 November 2014
Tanggal Laporan dikembalikan
: 1 Desember 2014
Nilai Sementara:
Nilai Akhir:




PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
                                                            2014
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B  DALAM SAMPEL MAKANAN DAN MINUMAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

I.         TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013).
Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165̊C (Hamdani, 2013).
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan (Hamdani, 2013).
Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :
1.    Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
2.    Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar.
3.    Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
4.    Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
5.    Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1995).
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning. Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi. Jenis yang lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal, di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil). Rhodamin-B dan methanyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Efek negatifnya yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Depkes RI, 2007).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

III.    ALAT DAN BAHAN
A.        Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, gelas beker, labu ukur, waterbath, corong, kertas saring, dan Spektrofotometer UV-Visible.
B.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metanol, HCl 0,1 N, Na-sulfat anhidrat, asam asetat, NaOH 10%, eter, sampel saus dan sampel minuman.

IV.   PROSEDUR KERJA
A.    Analisis Kualitatif
a. Preparasi sampel
·         Minuman tak beralkohol
1. Sampel diasamkan dengan asam asetat.
·         Makanan larut dalam air (saus)
1. Sampel dilarutkan dalam 30 mL air.
b. Cara uji
·         Reaksi khusus untuk Rhodamin B
1. Ditambahkan 1 mL NaOH 10% ke dalam kedua sampel sampai basa.
2. Ditambahkan 2 mL eter, lalu digojog dan dipisahkan. Ambil lapisan eternya.
3. Ditambahkan 2 mL HCl 10% secukupnya. Amati hasil yang terjadi.
B.     Analisis Kuantitatif
a. Preparasi sampel
1. Ditimbang 2 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap.
2. Ditambahkan 16 tetes HCl.
3. Ditambahkan 30 mL metanol.
4. Dilelehkan diatas water bath lalu disaring dengan kertas saring.
5. Ditambahkan Na-sulfat anhidrat.
6. Disaring kembali, lalu amati dengan spektrofotometri UV-Vis.
b. Pembuatan larutan baku
1. Dibuat larutan baku rhodamin B dengan konsetrasi 100 ppm.
2. Dari larutan tersebut dibuat larutan baku 10 ppm.
3. Selanjutnya dibuat satu seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.
c. Penetapan kadar zat warna Rhodamin B
1. Masing-masing larutan diukur secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 557 nm.
2. Dihitung kadar rhodamin B dalam sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax+b.




V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
a. Uji Kualitatif
No.
Nama Sampel
Hasil Uji
1.
Minuman 1
Negatif (-)
2.
Minuman 2
Negatif (-)
3.
Saus 1
Negatif (-)
4.
Saus 2
Positif (+)

b. Uji Kuantitatif
No.
Nama Sampel
Panjang gelombang maksimum (λ maks)
Konsentrasi
Absorbansi
1.
Larutan blangko
557 nm
0,2
0,422
0,4
0,711
0,6
0,033
0,8
0,505
1
1,855
2.
Saus 1
557 nm
-
0, 102
3.
Saus 2
557 nm
-
0,094
4.
Minuman 1
Hasil : negatif
-
-
5.
Minuman 2
Hasil : negatif
-
-

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada rhodamin B
B.       Pembahasan
Percobaan ini berjudul “analisis kualitatif dan analisis kuantitatif rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman menggunakan spektrofotometri uv-vis”. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan adalah saus dan minuman yang beredar di sekolah-sekolahan namun tidak memiliki nomor registrasi. Analisis ini dilakukan karena rhodamin B dalam sampel terutama saus perlu diawasi keberadaanya sebab rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil. Pengunaan rhodamin B dalam suatu sediaan dilarang karena dapat menimbulkan dampak yang tidak diharapkan seperti gangguan kesehatan.
Analisis kualitatif ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan rhodamin B dalam sampel saus dan miniman, yaitu menggunakan pereaksi kimia yang merupakan salah satu teknik dengan melihat hasil dari warna saat ditambahkan pereaksi kimia tersebut, jika sesuai dengan standar maka positif mengandung rhodamin B, jika tidak sesuai maka negatif mengandung rhodamin B. Selain uji kualitatif, dilakukan juga uji kuantitatif. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui kadar rhodamin B dalam sampel karena berdasakan uji kualitatif, sampel mengandung rhodamin B. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah spektrofotometer UV-Vis. Metode spektrofotometri ini mempunyai prinsip yaitu hukum lambert beer. Hukum lambert beer menyatakan konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan.  Dengan demikian, dari pengukuran spektrofotometri dapat dihitung konsentrasi sampel yang dianalisis.
Alasan menggunakan metode analisis spektrofotometer UV-Vis adalah karena senyawa rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus karboksil, senyawa aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti NR2.
Hasil dari percobaan ini antara lain untuk uji analisis kualitatif pada sampel minuman 1 dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung rhodamin B, sedangkan pada saus 1 juga negatif dan pada saus 2 menghasilkan positif mengandung rhodamin B karena terjadi warna merah di lapisan bawah (lapisan asam). Pada analisis kuantitatif didapatkan hasil untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung rhodamin B karena saat pemanasan di water bath tidak larut dan masih menggumpal, sehingga tidak perlu dianalisis memakai spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan pada saus 1 dan saus 2 dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena saus yang di uji larut saat pemanasan berarti kemungkinan positif mengandung rhodamin B. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel saus 1 dan saus 2 mengandung rhodamin B tetapi sangat sedikit, sehingga saat analisis dengan spektrofotometer UV-Vis tidak menunjukkan hasil mengandung rhodamin B yang jelas.

VI.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
1.      Pada analisis kualitatif untuk sampel minuman 1, minuman 2  dan saus 1 didapatkan hasil yang negatif sedangkan pada saus 2 didapatkan hasil yang positif mengandung rhodamin B.
2.      Pada analisis kuantitatif untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 didapatkan hasil yang negatif mengandung rhodamin B sedangkan untuk saus 1 dan saus 2 didapatkan hasil negatif juga.


DAFTAR PUSTAKA
Depkes,RI.2007.Dampak dan Penggolongan BTP.Depkes press. Jakarta
Hamdani. 2013. Available online at http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html [Diakses tanggal 23-11-14].
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar