Selasa, 02 Desember 2014

PERCOBAAN II ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER


PERCOBAAN II
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER

I.         TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui keaditifan dan panjang gelombang larutan KmnO4 dan K2Cr2O7 dengan spektrofotometer.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi. Sedangkan metode iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian (Karinda et al, 2013).
Para ilmuwan telah lama menggunakan warna sebagai bantuan untuk mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapapt dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorbs energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar. Dengan menggantikan mata manusia pelacak lain dari radiasi dimungkinkan studi dari absorbans diluar daerah terlihat spektrum dan sering kali percobaan-percobaan spektrofotometrik dapat dilakukan secara otomatik. Dalam penggunaannya pada masa sekarang istilah spektrofotometri mengingatkan pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran absorbsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Day & Underwood, 1990).
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit karena lebih mahal. Instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen sebenarnya terdiri dari dua yang dalam satu kotak dan sebuah fotometer (Basset, 1994).
Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1.    Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah spektrum, di mana alat ditujukan untuk dijalankan.
2.    Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang-panjang gelombang daru spektrum luas yang disiarkan oleh sumber (tentu saja tepat monokromatisitas tidak dicapai).
3.    Wadah untuk contoh.
4.    Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubahenergi radiasi menjadi isyarat listrik.
5.    Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok untuk diamati.
6.    Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya isyarat listrik (Day & Underwood, 1990).
Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Rohman, 2007).

III.   ALAT DAN BAHAN
A.        Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektronic-20, tabung kuvet, labu takar, pipet 10 ml, pipet 5 ml, pipet tetes dan botol semprot.
B.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan baku KMnO4 10-3 M, larutan baku K2Cr2O7 10-2 M, larutan H2SO4 dan akuades.



IV.   PROSEDUR KERJA
A.       Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7
1)   Disiapkan Larutan KMnO4  dan larutan campurannya.
2)   Diukur absorbans dengan panjang gelombang 400-600 nm dengan kenaikan 10 nm.
3)   Dibuat grafik antara panjang gelombang dan absorbans.
4)   Ditentukan panjang gelombang maksimum dan absorbans maksimum.
B.       Nilai K
1)   Diencerkan Larutan KMnO4 dan H2SO4 diencerkan sampai 25 ml dengan konsentrasi 0,25 x 10-5 M ; 0,5 x 10-5 M ; 1 x 10-5 M ; 2 x 10-5 M ; dan 3,0 x 10-5 M.
2)   Diukur masing-masing absorban pada panjang gelombang larutan KMnO4.
3)   Dibuat grafik konsentrasi sehingga diperoleh empat grafik dan empat nilai K.
C.       Analisis Contoh Campuran
1)   Ditetapkan komposisi campuran dengan jalan mengukur absorbans larutan itu pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.

V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
No.
Nama Sampel
Panjang gelombang maksimum (λ maks)
Konsentrasi
Absorbansi
1.
KMnO4
524 nm
0,25.10-5
-0,002
0,5.10-5
0,00
1.10-5
0,026
2.10-5
0,056
3.10-5
0,164
2.
Campuran K2CrO7, KMnO4

524 nm

-

0,071

Grafik
1.    Keaditifan absorbans larutan K2Cr2O7 dan KMnO4



 











Grafik 1 dan 2. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi KMnO4.





2.    Nilai K
Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 nm

Perhitungan  :
y = ax + b, dimana a=k
Grafik konsentrasi Vs absorbansi KMnO4  pada λmaks KMnO4 = 524 nm
y = 0,038x - 0,064
maka k12 = 0,038

B.       Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul “Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan dengan Spektrofotometer”.  Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui keaditifan dan panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan spektrofotometer. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol semprot, corong kaca, gelas beker, gelas ukur, labu takar, pipet tetes, pipet volume 5 ml, pipet volume 10 ml, dan seperangkat alat spektrofotometer. Spektrofotometer yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis.
Spektronik-20 merupakan spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar, monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah dipantulkan dan didespersikan oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke tabung foto.
Panjang gelombang maksimum dapat diketahui dengan melihat nilai absorbansi maksimum yang terukur pada spektrofotometer UV-Vis untuk panjang gelombang tertentu. Larutan yang digunakan sebagai larutan standar adalah larutan KMnO4. Lalu larutan dengan volume tertentu diencerkan hingga menjadi larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4 25 mL. Pengenceran dengan mengguanakan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat pengganggu seperti MnO2. Pada konsentrasi 3.10-5 dengan nilai absorbansi 0,164; 2.10-5 dengan nilai absorbansi 0,056; 1.10-5 dengan nilai absorbansi 0,026; 0,5.10-5 dengan nilai absorbansi 0,000; 0,25.10-5 dengan nilai absorbansi 0,002.
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Panjang gelombang maksimum yang dipilih karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut. Bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Hasil pengamatan diperoleh  panjang gelombang maksimum untuk larutan standar KMnO4 adalah 524 nm dan nilai K dari grafik konsentrasi dengan absorbansi KMnO4  pada λmaks 524 nm adalah 0,038.
VI.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
1.    Larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4 25 mL.
2.    Panjang gelombang maksimum larutan KMnO4 10-3 M adalah 524 nm.
3.    Nilai K dari grafik konsentrasi Vs absorbansi KMnO4  pada λmaks 524 nm adalah 0,038.
 
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Day, R. A. & Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Erlangga. Jakarta.

Karinda, M., Fatimawali, G. Citraningtyas. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis Dan Iodimetri. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 2 No. 01:87.

Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Senin, 01 Desember 2014

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROSKOPI PERCOBAAN V ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS


LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS




 




                                           NAMA                :    AHMAD HUKAMA
                                           NIM                    :    J0B113217     
                                           KELOMPOK    :    II (DUA)
                                           ASISTEN           :    NOOR RAHKMAH




 


PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
                                                            2014
LEMBAR PENILAIAN
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS




 




                                              
Nama
: Ahmad Hukama
NIM
: J0B113217
Asisten
: Noor Rakhmah
Tanggal mengumpul laporan
: 27 November 2014
Tanggal Laporan dikembalikan
: 1 Desember 2014
Nilai Sementara:
Nilai Akhir:




PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
                                                            2014
PERCOBAAN V
ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B  DALAM SAMPEL MAKANAN DAN MINUMAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

I.         TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013).
Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165̊C (Hamdani, 2013).
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan (Hamdani, 2013).
Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :
1.    Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.
2.    Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar.
3.    Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.
4.    Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
5.    Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1995).
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning. Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi. Jenis yang lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal, di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil). Rhodamin-B dan methanyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Efek negatifnya yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Depkes RI, 2007).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

III.    ALAT DAN BAHAN
A.        Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, gelas beker, labu ukur, waterbath, corong, kertas saring, dan Spektrofotometer UV-Visible.
B.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metanol, HCl 0,1 N, Na-sulfat anhidrat, asam asetat, NaOH 10%, eter, sampel saus dan sampel minuman.

IV.   PROSEDUR KERJA
A.    Analisis Kualitatif
a. Preparasi sampel
·         Minuman tak beralkohol
1. Sampel diasamkan dengan asam asetat.
·         Makanan larut dalam air (saus)
1. Sampel dilarutkan dalam 30 mL air.
b. Cara uji
·         Reaksi khusus untuk Rhodamin B
1. Ditambahkan 1 mL NaOH 10% ke dalam kedua sampel sampai basa.
2. Ditambahkan 2 mL eter, lalu digojog dan dipisahkan. Ambil lapisan eternya.
3. Ditambahkan 2 mL HCl 10% secukupnya. Amati hasil yang terjadi.
B.     Analisis Kuantitatif
a. Preparasi sampel
1. Ditimbang 2 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap.
2. Ditambahkan 16 tetes HCl.
3. Ditambahkan 30 mL metanol.
4. Dilelehkan diatas water bath lalu disaring dengan kertas saring.
5. Ditambahkan Na-sulfat anhidrat.
6. Disaring kembali, lalu amati dengan spektrofotometri UV-Vis.
b. Pembuatan larutan baku
1. Dibuat larutan baku rhodamin B dengan konsetrasi 100 ppm.
2. Dari larutan tersebut dibuat larutan baku 10 ppm.
3. Selanjutnya dibuat satu seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.
c. Penetapan kadar zat warna Rhodamin B
1. Masing-masing larutan diukur secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 557 nm.
2. Dihitung kadar rhodamin B dalam sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax+b.




V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
a. Uji Kualitatif
No.
Nama Sampel
Hasil Uji
1.
Minuman 1
Negatif (-)
2.
Minuman 2
Negatif (-)
3.
Saus 1
Negatif (-)
4.
Saus 2
Positif (+)

b. Uji Kuantitatif
No.
Nama Sampel
Panjang gelombang maksimum (λ maks)
Konsentrasi
Absorbansi
1.
Larutan blangko
557 nm
0,2
0,422
0,4
0,711
0,6
0,033
0,8
0,505
1
1,855
2.
Saus 1
557 nm
-
0, 102
3.
Saus 2
557 nm
-
0,094
4.
Minuman 1
Hasil : negatif
-
-
5.
Minuman 2
Hasil : negatif
-
-

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada rhodamin B
B.       Pembahasan
Percobaan ini berjudul “analisis kualitatif dan analisis kuantitatif rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman menggunakan spektrofotometri uv-vis”. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan adalah saus dan minuman yang beredar di sekolah-sekolahan namun tidak memiliki nomor registrasi. Analisis ini dilakukan karena rhodamin B dalam sampel terutama saus perlu diawasi keberadaanya sebab rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil. Pengunaan rhodamin B dalam suatu sediaan dilarang karena dapat menimbulkan dampak yang tidak diharapkan seperti gangguan kesehatan.
Analisis kualitatif ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan rhodamin B dalam sampel saus dan miniman, yaitu menggunakan pereaksi kimia yang merupakan salah satu teknik dengan melihat hasil dari warna saat ditambahkan pereaksi kimia tersebut, jika sesuai dengan standar maka positif mengandung rhodamin B, jika tidak sesuai maka negatif mengandung rhodamin B. Selain uji kualitatif, dilakukan juga uji kuantitatif. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui kadar rhodamin B dalam sampel karena berdasakan uji kualitatif, sampel mengandung rhodamin B. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah spektrofotometer UV-Vis. Metode spektrofotometri ini mempunyai prinsip yaitu hukum lambert beer. Hukum lambert beer menyatakan konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan.  Dengan demikian, dari pengukuran spektrofotometri dapat dihitung konsentrasi sampel yang dianalisis.
Alasan menggunakan metode analisis spektrofotometer UV-Vis adalah karena senyawa rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus karboksil, senyawa aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti NR2.
Hasil dari percobaan ini antara lain untuk uji analisis kualitatif pada sampel minuman 1 dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung rhodamin B, sedangkan pada saus 1 juga negatif dan pada saus 2 menghasilkan positif mengandung rhodamin B karena terjadi warna merah di lapisan bawah (lapisan asam). Pada analisis kuantitatif didapatkan hasil untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 menghasilkan negatif mengandung rhodamin B karena saat pemanasan di water bath tidak larut dan masih menggumpal, sehingga tidak perlu dianalisis memakai spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan pada saus 1 dan saus 2 dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena saus yang di uji larut saat pemanasan berarti kemungkinan positif mengandung rhodamin B. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel saus 1 dan saus 2 mengandung rhodamin B tetapi sangat sedikit, sehingga saat analisis dengan spektrofotometer UV-Vis tidak menunjukkan hasil mengandung rhodamin B yang jelas.

VI.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
1.      Pada analisis kualitatif untuk sampel minuman 1, minuman 2  dan saus 1 didapatkan hasil yang negatif sedangkan pada saus 2 didapatkan hasil yang positif mengandung rhodamin B.
2.      Pada analisis kuantitatif untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 didapatkan hasil yang negatif mengandung rhodamin B sedangkan untuk saus 1 dan saus 2 didapatkan hasil negatif juga.


DAFTAR PUSTAKA
Depkes,RI.2007.Dampak dan Penggolongan BTP.Depkes press. Jakarta
Hamdani. 2013. Available online at http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html [Diakses tanggal 23-11-14].
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.